Langsung ke konten utama

Bertanam Kurma Di Indonesia

Kurma adalah sejenis tumbuhan palem yang umumnya diketahui tumbuh di jazirah arabia. Namun, ternyata kurma juga bisa lho tumbuh di daerah tropis seperti Thailand dan bahkan di Indonesia yang terkenal dengan kesuburan tanahnya. Seperti yang sudah dipraktekkan di Taman Wisata Kebun kurma. Pasuruan, Jawa Timur. Di tanah seluas 3,7 hektar ditanami pohon kurma dan sudah pernah mengalami masa panen lho. Hal itu membuktikan bahwa pohon kurma pun bisa tumbuh di Indonesia. Kebun ini mengambil bibit dari tiga negara, yaitu dari Thailand, Inggris dan Indonesia.
Lalu, bagaimana jika kita ingin menanam? 
Menurut pengelola kebun kurma di kebun wisata kurma, umumnya bibit yang siap ditanam di kebun adalah sekitar umur 1 tahun. Dan cara menanamnya adalah dengan menggali lubang dengan panjang 75 cm, lebar 75 cm dan kedalaman 75 cm. Namun harus dipisahkan antara lapisan atas dan lapisan bawah. Setelah itu, diamkan galian tersebut minimal 2 minggu untuk menetralkan keasaman Ph tanah dan agar oksigen lebih banyak masuk. Semakin lama terpapar sinar matahari, semakin bagus. Setelah 2 minggu campurkan kedua lapisan tersebut. 
Setelah itu, masukkan pasir yang bertekstur agak kasar dengan komposisi sekitar 30% setelah itu masukkan bibit pohon kurma. Setelah itu masukkan pupuk kandang terakhir masukkan lapisan atas dan lapisan bawah yang telah dicampur.
Untuk dapat berbuah, pohon kurma perlu dikawinkan antara putik dan benang sari. Dan pohon kurma tidak bisa dibedakan sebelum mengalami masa berbunga.
Cara mengawinkannya adalah,dengan penyerbukan alami melalui serangga, angin dan lain sebagainya dan ada juga yang melalui manusia yaitu serbuk sari ditaburkan diatas putik menggunakan kuas dan di tutup selama tiga hari. Gimana? Tertarik mencoba?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membuat Ecoenzyme dari Kulit Buah

Bismillah…. Pernah terpikir nggak kalau es buah yang biasa kita konsumsi untuk takjil, kulitnya ternyata bisa dimanfaatkan menjadi cairan multifungsi? Bukan hanya dijadikan kompos, kali ini saya akan berbagi cerita soal bagaimana sisa organik bisa dimanfaatkan sebagai  ecoenzyme  dan cara membuatnya.  Apa sih itu E coenzyme? Ecoenzyme  adalah sebuah larutan yang diperkenalkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong dari Thailand dengan riset lebih dari tiga puluh tahun. Kemudian di sebarluaskan oleh Dr. Joean Oon, Director of the Center for Naturopathy and Protection of Families in Penang , Malaysia. Biasanya  ecoenzyme  ini terbuat dari kulit buah yang difermentasi dengan menggunakan larutan air dan gula. Tapi, bukan untuk diminum ya.  Hehe   Fungsi dari ecoenzyme  ini banyak banget, lho. Beberapa diantaranya : Pertama , Sebagai Cairan Pembersih Serbaguna.   Larutan  ecoenzyme  ini bisa dicampurkan dengan pem...

Public Speaking for Introvert

Kemarin saya ikut kelas public speaking online via zoom yang diselenggarakan oleh @lektur.co dan @dignitysocial dengan Speaker Kak Dita Soedarjo dan Kak Cheryl Tanzil bertema : Way For Introvert to Become Better at Public Speaking. Sewaktu membaca judulnya, saya menyadari bahwa tema ini sangat menarik dan tidak banyak diangkat, karena kepribadian introvert seringkali dikaitkan dengan  image  pendiam, pemalu dan lain sebagainya. Namun, ternyata banyak hal menarik yang saya temukan, lho. Anggapan bahwa introvert adalah pribadi yang cenderung pasif dan tidak bisa powerful  seperti kepribadian ekstrovert di masyarakat adalah hal yang benar-benar salah dan seharusnya dipatahkan. Jadi jangan sampai itu justru jadi  excuse  untuk tidak berkembang. Oleh sebab itu sangat penting untuk mengenal siapa sih sebenarnya diri kita. Bukan hanya sekadar nama, tanggal lahir dan golongan darah, lebih dari itu, kita harus tahu tentang kelebihan kita, apa yang k...

Renungan Diri Di Ramadan Masa Pandemi

Entah sudah hari ke berapa berdiam diri di dalam rumah demi kebaikan bersama. Membunuh waktu dengan melakukan banyak hal, meskipun terkadang rindu berkunjung ke rumah teman tetap tidak bisa dibendung.   “Kapan virus covid-19 ini akan musnah?” Mungkin itu pertanyaan semua orang dan bukan hanya aku, karena setiap hari seluruh media memberitakan dengan sudut pandang yang berbeda-beda, tapi efek setelah menontonnya selalu sama : semakin dipikirkan, semakin membuat resah. Hingga kemudian, aku teringat perkataan salah satu praktisi  mindfulness , untuk menarik nafas sejenak berpijak pada detik ini. Hadir dengan penuh sadar pada situasi yang sedang ku hadapi, lalu mulai merenung.…. Mungkin hari ini, aku sedang diajak untuk lebih lebar lagi membuka mata untuk melihat bahwa ada banyak kebaikan yang selama ini tidak aku sadari. Nikmat Allah bukan hanya dari seberapa banyak lembaran kertas di dalam dompet, bukan seberapa panjang digit angka di dalam rekening, bukan ...