Langsung ke konten utama

Ide Menu Praktis untuk Buka Puasa dan Sahur



Bismillah….

Alhamdulillah sudah masuk hari ke 10 ramadhan.

Selama sepuluh hari ini, sudah adakah yang sempat terlewat waktu sahur atau bahkan baru bangun ketika waktu imsyak tinggal lima menit sehingga hanya bisa minum air putih? Hehe 

For your information, sebenarnya imsyak itu hanya penanda supaya kita nggak bablas makan sampai fajar kok. Jadi, kalau mau makan masih diperbolehkan karena batasnya adalah adzan subuh.
Salah satu rujukan haditsnya :

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Bilal biasanya mengumandangkan adzan di waktu malam (belum terbit fajar shubuh). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Makan dan minumlah hingga Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan adzan. Beliau tidaklah mengumandangkan adzan hingga terbit fajar (shubuh).” 
(HR. Bukhari no. 1919 dan Muslim no. 1092).  

Lalu, untuk buka bagaimana? Sudah ada rencana belum?

Kalau saya, berbeda dengan kebanyakan orang yang biasanya sudah tahu ingin makan apa ketika berbuka, saya justru jarang sekali punya ide itu di kepala. Bagi saya, adzan maghrib lebih penting daripada apa yang akan terhidang di meja makan nanti. Hehe

Sebenarnya di luar bulan puasa pun demikian. Menentukan menu atau memilih tempat makan mana yang akan dituju seakan menjadi PR besar. Alhasil, kalimat “Terserah” atau “Aku ngikut aja” adalah andalan ketika pergi bersama teman. Hihi

Tapi, di bulan ramadhan kali ini, karena tidak ada buka bersama dan tidak ingin menjadikan pertanyaan “mau berbuka dengan apa hari ini” sebagai beban, saya bertekad untuk membuat makanan yang siap masak saja, supaya ketika membuka kulkas, bahan itulah yang langsung saya olah. 

Pilihan saya kemudian tertuju pada menu pempek, tapi kali ini dengan bahan-bahan yang mudah dan murah ala saya.

Kenapa pempek?

Karena ketika dibuat ia bisa diawetkan beberapa hari sebagai frozen food dan dapat disajikan hangat ketika ingin dikonsumsi. 

Menu ini juga bisa diandalkan dikala waktu sahur sudah mepet.

Nah, gimana sih resepnya?

Pempek Kapal Selam Tanpa Ikan

Bahan : 
Tepung Tapioka / Tepung Kanji 50 gr
Tepung Terigu 5 sdm (lima sendok makan)
Kuning Telur
Air Mendidih
Seledri (cincang halus)

Bumbu : 

Bawang Putih goreng (yang telah dihaluskan)
Bawang putih (yang telah dihaluskan)
Kaldu bubuk secukupnya
Garam secukupnya 

Cara Membuat :

1. Campurkan 50gr tepung tapioka dengan 5 sendok tepung terigu.

2. Masukkan seledri, kaldu bubuk, bawang putih, garam dan bawang putih goreng.

3. Setelah tercampur, masukkan air mendidih sedikit demi sedikit kedalam adonan sambil diaduk / diuleni.

4. Pastikan adonan kalis dan mudah dibentuk.

5. Bentuk adonan seperti mangkok kecil lalu masukkan kuning telur.

6. Tutup kembali dengan merekatkan ujung dan ujung adonan.

7. Rebus ke dalam air mendidih lalu tunggu sampai pempek matang atau mengapung.

8. Setelah mengapung, angkat dan tunggu dingin.

9. Goreng hingga matang merata dan sajikan.

Menu ini bisa dijadikan kudapan selepas berbuka atau pelengkap untuk menu sahur seperti campuran mie kuah dan lain sebagainya sesuai selera.  

Oh iya, sebenarnya bisa juga lho memakai lauk kering yang lebih praktis seperti abon, rempeyek, serundeng atau kering tempe dan makanan-makanan lain yang bisa disimpan di suhu ruang, jika tidak ada kulkas. Lauk-lauk itu semasa kuliah sering saya bawa dari rumah dan dimakan ramai-ramai dengan teman sekamar untuk menghemat uang saku.

Saya tidak menyarankan untuk mengkonsumsi menu pempek ini setiap hari ya, karena tentu saja sayur dan buah lebih dibutuhkan tubuh sebagai sumber energi selama berpuasa.

Jadi, ada baiknya menu ini difungsikan sebagai cadangan kalau benar-benar tidak sempat memasak atau tidak bisa pesan makanan via aplikasi ya. Hehe

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membuat Ecoenzyme dari Kulit Buah

Bismillah…. Pernah terpikir nggak kalau es buah yang biasa kita konsumsi untuk takjil, kulitnya ternyata bisa dimanfaatkan menjadi cairan multifungsi? Bukan hanya dijadikan kompos, kali ini saya akan berbagi cerita soal bagaimana sisa organik bisa dimanfaatkan sebagai  ecoenzyme  dan cara membuatnya.  Apa sih itu E coenzyme? Ecoenzyme  adalah sebuah larutan yang diperkenalkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong dari Thailand dengan riset lebih dari tiga puluh tahun. Kemudian di sebarluaskan oleh Dr. Joean Oon, Director of the Center for Naturopathy and Protection of Families in Penang , Malaysia. Biasanya  ecoenzyme  ini terbuat dari kulit buah yang difermentasi dengan menggunakan larutan air dan gula. Tapi, bukan untuk diminum ya.  Hehe   Fungsi dari ecoenzyme  ini banyak banget, lho. Beberapa diantaranya : Pertama , Sebagai Cairan Pembersih Serbaguna.   Larutan  ecoenzyme  ini bisa dicampurkan dengan pem...

Public Speaking for Introvert

Kemarin saya ikut kelas public speaking online via zoom yang diselenggarakan oleh @lektur.co dan @dignitysocial dengan Speaker Kak Dita Soedarjo dan Kak Cheryl Tanzil bertema : Way For Introvert to Become Better at Public Speaking. Sewaktu membaca judulnya, saya menyadari bahwa tema ini sangat menarik dan tidak banyak diangkat, karena kepribadian introvert seringkali dikaitkan dengan  image  pendiam, pemalu dan lain sebagainya. Namun, ternyata banyak hal menarik yang saya temukan, lho. Anggapan bahwa introvert adalah pribadi yang cenderung pasif dan tidak bisa powerful  seperti kepribadian ekstrovert di masyarakat adalah hal yang benar-benar salah dan seharusnya dipatahkan. Jadi jangan sampai itu justru jadi  excuse  untuk tidak berkembang. Oleh sebab itu sangat penting untuk mengenal siapa sih sebenarnya diri kita. Bukan hanya sekadar nama, tanggal lahir dan golongan darah, lebih dari itu, kita harus tahu tentang kelebihan kita, apa yang k...

Renungan Diri Di Ramadan Masa Pandemi

Entah sudah hari ke berapa berdiam diri di dalam rumah demi kebaikan bersama. Membunuh waktu dengan melakukan banyak hal, meskipun terkadang rindu berkunjung ke rumah teman tetap tidak bisa dibendung.   “Kapan virus covid-19 ini akan musnah?” Mungkin itu pertanyaan semua orang dan bukan hanya aku, karena setiap hari seluruh media memberitakan dengan sudut pandang yang berbeda-beda, tapi efek setelah menontonnya selalu sama : semakin dipikirkan, semakin membuat resah. Hingga kemudian, aku teringat perkataan salah satu praktisi  mindfulness , untuk menarik nafas sejenak berpijak pada detik ini. Hadir dengan penuh sadar pada situasi yang sedang ku hadapi, lalu mulai merenung.…. Mungkin hari ini, aku sedang diajak untuk lebih lebar lagi membuka mata untuk melihat bahwa ada banyak kebaikan yang selama ini tidak aku sadari. Nikmat Allah bukan hanya dari seberapa banyak lembaran kertas di dalam dompet, bukan seberapa panjang digit angka di dalam rekening, bukan ...