Langsung ke konten utama

Produktif di Masa Pandemi, Memangnya Bisa?



Bismillah…. 

Sadar nggak sih kalau akhir-akhir ini kita jadi harus melihat kalender terlebih dahulu untuk mengetahui, hari apa sekarang? 

Kalau biasanya kita senang sekali melihat warna merah di sana, kali ini tanggal merah seperti kehilangan kesan dan kurang menarik. Hehe 

Biarpun kita berada di rumah yang sudah kita tempati bertahun-tahun tapi sepertinya waktu terasa berjalan lambat, sampai kita bingung harus ngapain, dan berakhir dengan buka-tutup sosial media sebagai pelarian.
Yang sudah biasa bekerja dan menghabiskan waktu di dalam rumah juga entah mengapa jadi sama risaunya dengan yang biasa keluar rumah. Padahal kalaupun tidak dibatasi, sebenarnya tidak ingin pergi kemana-mana juga sih, hehe….
Keadaan demikian bisa jadi karena secara psikologis kita ‘ngeh’ bahwa ada sesuatu yang membatasi kita. Jadi perasaan tidak nyaman ini sebenarnya sedang di rasakan oleh semua orang, lho.

Pernah dengar tidak ada yang mengeluh : 

Kesal sekali dengan keadaan ini, aku jadi nggak bisa produktif.

Hmmm….

Apakah benar bahwa kita tidak bisa produktif meskipun #dirumahaja? 

Produktif umumnya identik dengan kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang bisa kita lihat secara nyata, misalnya nominal uang yang kita peroleh, jumlah barang yang bisa diproduksi, dan lain sebagainya. 

Kalau kamu seorang penjual kue, produktif bisa jadi berarti membuat kue dalam jumlah yang banyak dan hasilnya enak. 

Kalau kamu seorang staf marketing, produktif bisa jadi berarti berhasil menjual banyak produk.
Kalau kamu seorang mahasiswa, bisa jadi produktif berarti aktif di banyak kegiatan organisasi bahkan sampai ke luar kota atau ke luar negeri. 

Yah, nggak salah sih. Tapi, kalau produktif cuma sebatas itu, lalu, bagaimana dengan ibu rumah tangga yang memang kebijakan finansial keluarganya bersumber dari gaji suami saja?

 Apakah mereka tidak produktif? 

Kesalahan memaknai kata produktif ini sering membuat seseorang menjadi useless dan putus harapan. Merasa tidak punya ruang gerak dan malah mengutuk keadaan. Seram ya? 

Padahal, yang dinamakan produktif nggak selalu harus demikian. Kurniawan Gunadi pada salah satu sesi sharing di instagram stories-nya mengatakan bahwa nilai produktif atau tidak itu tergantung tujuan kita masing-masing. 

supaya punya gambaran, kurang lebih contohnya seperti ini, jika tujuan kita adalah memastikan keluarga kita mengkonsumsi makanan yang baik dengan gizi seimbang, maka kegiatan menyusun daftar menu dan mengolah sendiri semua bahan makanan merupakan sesuatu yang produktif sekalipun seharian kita hanya beraktivitas di dapur. 

Jika tujuan kita adalah menciptakan karya yang luar biasa, maka berjam-jam duduk membaca buku termasuk kegiatan yang produktif. 

Jadi, jika ditanya apakah kita bisa produktif di masa pandemi ini?

 Jawabannya...

SANGAT BISA!

Maka ayo mulai sederhanakan makna produktif supaya kita nggak ribet sendiri dan mudah untuk mengapresiasi diri meskipun dari hal-hal kecil.  

Kalau bingung mulai dari mana, mungkin bisa dimulai dengan membuat to-do-list, yaitu daftar kegiatan yang akan menjadi prioritas. Jadi, waktu yang ada tidak terbuang sia-sia karena sudah ada acuan di awal hari. 

Oh iya, ada satu hal yang menarik yang ingin saya sharing ke teman-teman tentang kegiatan saya hari ini, yaitu soal merapikan galeri handphone. Kebetulan saya memiliki online shop yang menjual mukena, @aishyshop.id namanya. Tentu sebagai owner online shop, mengupdate katalog produk menjadi kewajiban dan faktanya foto produk yang harus disimpan setiap bulannya bukan hanya satu atau dua, melainkan bisa sampai puluhan foto, sesuai dengan barang yang datang dari distributor. 

Bisa dibayangkan kalau galeri dibiarkan ‘apa adanya’?

Mungkin saya akan pusing. hehe

Nah, hari ini saya mulai menghapus beberapa foto yang tidak perlu, menyortir beberapa gambar penting atau artikel yang saya screenshoot kemudian mengelompokkannya menjadi bebapa file yang telah saya namai sesuai dengan tema, nama tempat, nama acara, atau apa saja yang memudahkan saya untuk mengingat isi file itu hanya dengan membaca namanya. Jadi, ketika saya membutuhkan, tinggal buka saja. 

Apalagi di bulan ramadhan yang setiap satu kebaikan kecil nilainya bisa berkali lipat seperti sekarang, galeri yang rapi ternyata sangat membantu lho dalam menemukan flyer doa-doa yang sudah lama ingin saya hafal.  

Belajar dari pengalaman, bahwa smartphone yang 24 jam sepertinya tidak bisa lepas dari kita ini sering sekali menyimpan hal-hal yang tidak diperlukan. Misalnya foto blur, video yang tak sengaja tersimpan karena salah pencet, dan lain sebagainya. Akhirnya kalau kita butuh menyimpan sesuatu atau memotret sesegera mungkin, smartphone kita sudah penuh memorinya.

Tentu sayang sekali, kan?  

Di balik pandemi ini, terkadang juga terselip rasa syukur, karena merapikan galeri handphone ternyata juga butuh waktu yang memang harus benar-benar diluangkan. Memilih mana yang penting dan tidak, juga membutuhkan konsentrasi. Maka benarlah jika kita dianjurkan membaca sebuah doa jika mendapati sesuatu yang tidak kita sukai, yaitu “Alhamdulillahi ala kulli hal.”  
Segala puji hanya milik Allah dalam semua keadaan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membuat Ecoenzyme dari Kulit Buah

Bismillah…. Pernah terpikir nggak kalau es buah yang biasa kita konsumsi untuk takjil, kulitnya ternyata bisa dimanfaatkan menjadi cairan multifungsi? Bukan hanya dijadikan kompos, kali ini saya akan berbagi cerita soal bagaimana sisa organik bisa dimanfaatkan sebagai  ecoenzyme  dan cara membuatnya.  Apa sih itu E coenzyme? Ecoenzyme  adalah sebuah larutan yang diperkenalkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong dari Thailand dengan riset lebih dari tiga puluh tahun. Kemudian di sebarluaskan oleh Dr. Joean Oon, Director of the Center for Naturopathy and Protection of Families in Penang , Malaysia. Biasanya  ecoenzyme  ini terbuat dari kulit buah yang difermentasi dengan menggunakan larutan air dan gula. Tapi, bukan untuk diminum ya.  Hehe   Fungsi dari ecoenzyme  ini banyak banget, lho. Beberapa diantaranya : Pertama , Sebagai Cairan Pembersih Serbaguna.   Larutan  ecoenzyme  ini bisa dicampurkan dengan pem...

Public Speaking for Introvert

Kemarin saya ikut kelas public speaking online via zoom yang diselenggarakan oleh @lektur.co dan @dignitysocial dengan Speaker Kak Dita Soedarjo dan Kak Cheryl Tanzil bertema : Way For Introvert to Become Better at Public Speaking. Sewaktu membaca judulnya, saya menyadari bahwa tema ini sangat menarik dan tidak banyak diangkat, karena kepribadian introvert seringkali dikaitkan dengan  image  pendiam, pemalu dan lain sebagainya. Namun, ternyata banyak hal menarik yang saya temukan, lho. Anggapan bahwa introvert adalah pribadi yang cenderung pasif dan tidak bisa powerful  seperti kepribadian ekstrovert di masyarakat adalah hal yang benar-benar salah dan seharusnya dipatahkan. Jadi jangan sampai itu justru jadi  excuse  untuk tidak berkembang. Oleh sebab itu sangat penting untuk mengenal siapa sih sebenarnya diri kita. Bukan hanya sekadar nama, tanggal lahir dan golongan darah, lebih dari itu, kita harus tahu tentang kelebihan kita, apa yang k...

Renungan Diri Di Ramadan Masa Pandemi

Entah sudah hari ke berapa berdiam diri di dalam rumah demi kebaikan bersama. Membunuh waktu dengan melakukan banyak hal, meskipun terkadang rindu berkunjung ke rumah teman tetap tidak bisa dibendung.   “Kapan virus covid-19 ini akan musnah?” Mungkin itu pertanyaan semua orang dan bukan hanya aku, karena setiap hari seluruh media memberitakan dengan sudut pandang yang berbeda-beda, tapi efek setelah menontonnya selalu sama : semakin dipikirkan, semakin membuat resah. Hingga kemudian, aku teringat perkataan salah satu praktisi  mindfulness , untuk menarik nafas sejenak berpijak pada detik ini. Hadir dengan penuh sadar pada situasi yang sedang ku hadapi, lalu mulai merenung.…. Mungkin hari ini, aku sedang diajak untuk lebih lebar lagi membuka mata untuk melihat bahwa ada banyak kebaikan yang selama ini tidak aku sadari. Nikmat Allah bukan hanya dari seberapa banyak lembaran kertas di dalam dompet, bukan seberapa panjang digit angka di dalam rekening, bukan ...