Langsung ke konten utama

Perhatikan Isi Piringmu

Sudah lebih dari dua minggu, tepatnya 16 hari kita melakukan ibadah puasa.
Di dalam 16 hari itu kita sedang belajar banyak hal. Mengelola emosi, membangun kebiasaan baik untuk makan dan minum teratur melalui sahur dan buka puasa, mengatur waktu dan banyak hal lain yang mungkin sering kita abaikan jika sudah sibuk dengan pekerjaan dan urusan lain di luar diri.

 Tapi, sudahkah kita menerapkannya kebiasaan baik yang sama ke dalam isi piring kita?

Ada yang mengatakan, kita adalah apa yang kita konsumsi. Dengan kata lain, apa yang kita makan akan tercermin pada perilaku kita. Jika kita mengkonsumsi makanan yang halal dan baik, maka tubuh kita juga akan sehat dan ringan untuk diajak beraktivitas, termasuk untuk beribadah kepada Allah. Namun, jika yang kita konsumsi adalah makanan tidak sehat, maka secara fisik dan mental nantinya juga akan memberikan dampak yang tidak baik bagi tubuh.  

Hal itu dikarenakan zat yang kita makan dan minum akan berpengaruh ke dalam diri kita secara keseluruhan. Bukan hanya sebatas aspek fisik, tetapi juga secara pikiran dan kondisi batin atau kejiwaan. Hal itu terbukti dengan adanya makanan-makanan yang bisa mempengaruhi hormon di dalam tubuh.

Islam pun sudah mengajarkan bahwa kita harus memakan makanan dan minuman yang halal dan baik. Bukan sekadar baik secara kandungan, tetapi juga secara sumber bagaimana ia di dapatkan. Contoh paling mudah, dapat kita lihat dari apa yang sedang sama-sama kita lawan saat ini.
Meskipun belum diketahui pasti dan terlepas ini benar atau tidak, namun ada yang mengatakan covid-19 ini kemungkinan berasal dari kelelawar yang dikonsumsi oleh manusia. Yang mana, kelelawar memang salah satu hewan yang haram untuk dimakan.

Subhanallah….

Seakan kita sedang dibukakan pintu hikmah lebar-lebar. Bahwa pasti ada alasan yang sangat baik mengapa islam melarang kita untuk memakan beberapa jenis hewan, minuman atau makanan tertentu.

Jadi memperhatikan isi piring, sebenarnya sama pentingnya kok dengan memperhatikan isi dompet. Kan keduanya sama-sama investasi untuk kehidupan kita. Hehe

Jadi isi piring yang sehat itu seperti apa?  

Masih ingat 4 sehat 5 sempurna, kan? Ada karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. FYI, Yang dimaksud mineral ini air putih, BUKAN susu.

Lho kok?

Iya, jika kita selama ini salah paham bahwa susu menjadi penyempurna di dalam menu kita, namun para ahli sepakat bahwa air putih lah yang paling masuk akal dan memenuhi syarat karena dapat membuang racun dan mengaktifkan sel di dalam tubuh.
Tidak ketinggalan, porsi sayuran harus lebih banyak dari lauk dan nasi, ya.  

Selain itu, usahakan makanan yang kita konsumsi melalui proses yang sangat sederhana sehingga kandungan vitaminnya masih terjaga. Semakin banyak diproses, semakin berkurang manfaatnya. Contoh, jika ingin makan kentang, maka cukup dikukus saja. Karena jika diproses menjadi perkedel,  si kentang ini harus melalui proses yang lebih panjang sebelum sampai di piring kita.

Satu lagi, warna isi piring kita juga sebaiknya beragam, karena setiap warna mencerminkan kandungan zat penting yang berbeda-beda dan sama-sama dibutuhkan tubuh. Tentu saja warna yang dimaksud adalah warna aslinya, bukan berasal dari pewarna makanan.

Mungkin jika kita baru mencoba satu atau dua hari, kita belum merasakan manfaatnya. Tapi yakin deh, efek jangka panjangnya akan luar biasa. Tidak perlu tunggu sampai sebulan, seminggu pertama aja nih, kalau kita benar-benar mengkonsumsi makanan yang sehat, maka kondisi tubuh akan terasa lebih enak. Penyakit juga akan pergi dan nggak balik-balik lagi. Terlebih selama puasa seperti ini, tubuh juga melakukan pembersihan atau detox.

Bisa terbayang kan dahsyatnya? 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membuat Ecoenzyme dari Kulit Buah

Bismillah…. Pernah terpikir nggak kalau es buah yang biasa kita konsumsi untuk takjil, kulitnya ternyata bisa dimanfaatkan menjadi cairan multifungsi? Bukan hanya dijadikan kompos, kali ini saya akan berbagi cerita soal bagaimana sisa organik bisa dimanfaatkan sebagai  ecoenzyme  dan cara membuatnya.  Apa sih itu E coenzyme? Ecoenzyme  adalah sebuah larutan yang diperkenalkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong dari Thailand dengan riset lebih dari tiga puluh tahun. Kemudian di sebarluaskan oleh Dr. Joean Oon, Director of the Center for Naturopathy and Protection of Families in Penang , Malaysia. Biasanya  ecoenzyme  ini terbuat dari kulit buah yang difermentasi dengan menggunakan larutan air dan gula. Tapi, bukan untuk diminum ya.  Hehe   Fungsi dari ecoenzyme  ini banyak banget, lho. Beberapa diantaranya : Pertama , Sebagai Cairan Pembersih Serbaguna.   Larutan  ecoenzyme  ini bisa dicampurkan dengan pem...

Public Speaking for Introvert

Kemarin saya ikut kelas public speaking online via zoom yang diselenggarakan oleh @lektur.co dan @dignitysocial dengan Speaker Kak Dita Soedarjo dan Kak Cheryl Tanzil bertema : Way For Introvert to Become Better at Public Speaking. Sewaktu membaca judulnya, saya menyadari bahwa tema ini sangat menarik dan tidak banyak diangkat, karena kepribadian introvert seringkali dikaitkan dengan  image  pendiam, pemalu dan lain sebagainya. Namun, ternyata banyak hal menarik yang saya temukan, lho. Anggapan bahwa introvert adalah pribadi yang cenderung pasif dan tidak bisa powerful  seperti kepribadian ekstrovert di masyarakat adalah hal yang benar-benar salah dan seharusnya dipatahkan. Jadi jangan sampai itu justru jadi  excuse  untuk tidak berkembang. Oleh sebab itu sangat penting untuk mengenal siapa sih sebenarnya diri kita. Bukan hanya sekadar nama, tanggal lahir dan golongan darah, lebih dari itu, kita harus tahu tentang kelebihan kita, apa yang k...

Renungan Diri Di Ramadan Masa Pandemi

Entah sudah hari ke berapa berdiam diri di dalam rumah demi kebaikan bersama. Membunuh waktu dengan melakukan banyak hal, meskipun terkadang rindu berkunjung ke rumah teman tetap tidak bisa dibendung.   “Kapan virus covid-19 ini akan musnah?” Mungkin itu pertanyaan semua orang dan bukan hanya aku, karena setiap hari seluruh media memberitakan dengan sudut pandang yang berbeda-beda, tapi efek setelah menontonnya selalu sama : semakin dipikirkan, semakin membuat resah. Hingga kemudian, aku teringat perkataan salah satu praktisi  mindfulness , untuk menarik nafas sejenak berpijak pada detik ini. Hadir dengan penuh sadar pada situasi yang sedang ku hadapi, lalu mulai merenung.…. Mungkin hari ini, aku sedang diajak untuk lebih lebar lagi membuka mata untuk melihat bahwa ada banyak kebaikan yang selama ini tidak aku sadari. Nikmat Allah bukan hanya dari seberapa banyak lembaran kertas di dalam dompet, bukan seberapa panjang digit angka di dalam rekening, bukan ...